Aqw Qw Wiendha Wiendha Sari Wiendha Sari

Jumat, 21 Juni 2013

Empek-empek


Empek-empek

Nah, berkeliling dan menikmati kuliner khas Kota Palembang sudah dituntaskan. Kini saatnya saya kembali ke Jakarta. Tetapi, eit, tunggu dulu! Sebelumtake off, saya wajib membeli empek-empek palembang lebih dulu. Kalau tidak, bisa-bisa nanti kena marah handai tolan di Jakarta!

Berbicara Palembang, apalagi soal kulinernya, maka kita diwajibkan mendiskusikan empek-empek terlebih dahulu. Makanan yang satu ini, selain khas, juga sudah menjadi simbol Palembang. Anda tentu sudah pernah mendengar sebutan Palembang sebagai kota empek-empek. Karena itu, makanan gurih ini pun selalu dijadikan buah tangan turis jika mereka menyinggahi kota yang dibelah Sungai Musi ini.

“Kebudayaan empek-empek” terbentuk karena adanya keterikatan warga Palembang dengan Sungai Musi. Sungai yang mengalir sejauh 750 km dan merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera ini menjadi habitat terbaik bagi kawanan ikan belida(Hotopetrus chitala, H.B). Masyarakat setempat mengenalnya dengan iwak belido. Ikan belida sebagai salah satu sumber makanan di Palembang telah memunculkan tradisi pembuatan makanan berupa empek-empek sekaligus menjadi kearifan lokal yang khas dibanding daerah lain. Jenis ikan ini merupakan bahan baku pembuatan empek-empek berkualitas paling tinggi. Sayangnya, populasi belida tinggal 10% saja yang hidup secara bebas di perairan Sungai Musi.

Di Palembang, penjual empek-empek ditemukan hampir di setiap sudut kota. Pada pagi hari, para penjual sarapan juga menyediakan makanan ini sebagai pembuka kegiatan. Ah, rasanya saya tak perlu lebih banyak menceritakan empek-empek karena toh hampir seluruh orang Indonesia sudah mengenal makanan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar